Happy New Year #BNJRJKT2020
- Brian Rinaldy
- Jan 11, 2020
- 5 min read
Okay balik lagi di blog gua, kali ini gua ada di teras rumah, sambil ngopi dan ngadem. Gua bikin blog di rumah kali ini, kenapa? Kolam Jakarta hadir lagi ciaw. Malemnya happy happy nyalain petasan, makan - makan barbeque, cheers ketawa ketiwi. Paginya miris, langsung diguyur hujan gak berhenti. Gua kebanjiran? Ngga sih, untungnya, tapi akses jalan semua lumpuh. Kerendem banjir, dan gak bisa dilewatin. Menurut gua ini banjir yang terparah sih selama gua tinggal di Jakarta, walaupun daerah gua dulu pernah kebanjiran juga, tapi dulu itu surutnya cepet banget. Gua mau coba bahas dikit deh. No political view at all #inicumapendapatpribadibos
Kesadaran Warga
Satu hal yang jadi kebiasaan warga Jakarta, dan menurut gua lu belom Jakarta banget kalo belom begini adalah buang sampah sembarangan. Dan gua akui, gua juga ada di bagian itu, kalo ada sampah, misal abis lap keringet lah pake tisu, ya gua akan dengan santainya buang ke jalan. Udah seperti lifestyle, kayak selo aja gitu untuk buang sampahnya dimana aja. Belom ada kesadaran yang cukup, padahal sampah yang dibuang itu kalo nyumbat di got, itu yang bikin airnya meluap. Nah kebayang kan berapa juta sampah yang nyumbat di sungai dan kali? Itu yang bikin airnya meluap kalo hujan deras kayak kemaren itu. Kalo menurut gua sih, ini bukan salah bapak ini bapak itu, ya mungkin ada salahnya juga, tapi ya kesadaran kita, gua, sebagai warga aja yang belum kepikir dampaknya kesana. Sejak gua pake transportasi umum ke kantor, baik itu transjakarta, grab, MRT, gojek, dll. gua mencoba untuk sebisa mungkin gak buang sampah sembarangan. Ini juga menjadi resolusi 2020 yang baik buat gua, supaya jadi manusia yang lebih peduli dengan lingkungan, setidaknya dari sekian banyak warga, gua uda mencoba untuk tidak buang sampah sembarangan dan lebih peduli dengan lingkungan Jakarta. Kalo bukan kita, siapa lagi yang mau peduli sama Jakarta? Kita sebagai warganya harus mulai lebih peduli, soalnya kan kita tinggal dan kerja di kota ini, bener gak ciaw.
Resapan Air Tidak Memadai
Nah untuk yang ini ciaw, gua gak mau komen di daerah - daerah yang lain. Gua mau kecilin scoop di daerah gua aja, tepatnya di komplek perumahan gua. Resapan air perumahan gua menuju ke kali yang dibendung di depan perumahan. Tapi, akhir - akhir ini di pinggir kalinya dijadiin tempat pembuangan sampah sementara, sampai dateng mobil truk sampah untuk angkut. Disini casenya ada dua, satu di resapan air yang kurang memadai, kedua lagi - lagi kesadaran warga sekitar yang gak peduli sama lingkungan. Kadang sampahnya uda menggunung yang akhirnya jatuh ke kali. Yang tadinya air di kali itu bergerak mengalir, karena ada beberapa sampah jatuh, aliran air tersumbat, belum lagi tumbuh eceng gondok yang nahan laju air. Ini yang biasanya jadi penyebab banjir, karena hujan deras, air tidak mengalir dan akhirnya meluap ke jalanan.
Perubahan Iklim : Indonesia
Pada tahun 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan dekrit presiden untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020, dan hingga 41% jika negara - negara maju memberikan dana atau dukungan yang lainnya. Indonesia adalah salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar (kelima) di dunia, terutama karena konversi hutannya dan lahan gambut yang banyak karbon, dengan perkiraan emisi gas rumah kaca 2,05 gigaton pada 2005. Pergeseran dalam penggunaan lahan ini memiliki konsekuensi ekologis dan sosial, karena hutan Indonesia adalah rumah bagi ribuan spesies tumbuhan dan hewan, dan 50 - 60 juta penduduk Indonesia bergantung pada hutan untuk kelangsungan hidup mereka. Menyadari pentingnya kebutuhan domestik dan internasional dari sisi alam tropis dan orang-orang di dalamnya, pemerintah Indonesia telah membuat keputusan yang menyemangatkan : telah secara sukarela berkomitmen untuk pengurangan minimum 26% dalam emisi gas rumah kaca pada tahun 2020 dan mengembangkan strategi untuk penggunaan lahan dan emisi kehutanan, memperpanjang moratorium pembukaan hutan primer dan lahan gambut baru dari 2 hingga 4 tahun (2013-2015), dan semakin mengakui hak-hak komunitas hutan dan masyarakat adat. Indonesia harus menyeimbangkan tujuan lingkungan dan sosial ini dengan ekonomi yang tumbuh pesat berdasarkan sumber daya alam dan kepentingan perusahaan. Tim untuk Hutan dan Ekosistem di Indonesia bekerja dengan semua pihak yang berkepentingan di hutan Indonesia untuk mendukung keputusan manajemen yang menguntungkan dan berkelanjutan. Pekerjaan tim tersebut terdiri atas :
Menghasilkan data lingkungan dan tata kelola sumber daya alam khususnya terkait lahan hutan.
Membuat data yang tersedia melalui peta interaktif, laporan, dan alat lainnya.
Menjabarkan data ini dalam konteks kebijakan Indonesia.
Bekerja sama dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk meningkatkan pemantauan hutan.
Bekerja sama dengan industri untuk memungkinkan perluasan komoditas utama yang berkelanjutan.
Melakukan pengembangan kapasitas untuk mengkatalisasi perubahan di lapangan.
Sebelum keputusan tahun 2009, Presiden Indonesia telah menyatakan minatnya untuk mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sejak 2006, WRI (World Resources Institute) telah bekerja dengan tim dari domestik dan internasional untuk mendukung pencapaian tujuan ini dengan cara meningkatan kesetaraan dan keadilan bagi masyarakat lokal. Kegiatan - kegiatan yang dimaksut adalah :
Membantu berbagai lembaga mengembangkan sistem pemantauan yang akan memungkinkan Indonesia untuk berpartisipasi dalam Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD +), sebuah inisiatif internasional di bawah Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) untuk mendukung negara-negara hutan tropis mengurangi emisi lanskap mereka
Membantu pengambil keputusan, perusahaan, dan aktor lokal untuk menilai di mana pembangunan harus dilakukan untuk menghasilkan jejak karbon yang lebih kecil
Mendukung aktor domestik yang bekerja untuk mengembangkan sistem nasional untuk mengimplementasikan kerangka pengaman REDD + UNFCCC, sebagaimana disepakati dalam Konferensi Para Pihak Cancun (COP)
Mendukung masyarakat sipil yang terlibat dalam menilai dan menangkap perbaikan tata kelola yang perlu dimasukkan dalam strategi REDD + Indonesia
Mendukung mitra yang bekerja dengan masyarakat lokal untuk memantau kegiatan administrasi dan tata kelola yang terkait dengan pengembangan dan implementasi strategi REDD +
Definisi :
REDD = Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan atau Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation.
UNFCCC = Konvensi Kerangka Kerja Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nation Framework Convention on Climate Change.
COP = Pertemuan Para Pihak atau Conference of the Parties.
Data disunting dari : https://www.wri.org
Yang paling gampang sih, musim kita di Indonesia sekarang uda bergeser jauh. Dulu kita selalu diajarin kalau Indonesia musim kemarau itu dari Januari sampai Juni dan musim hujan itu dari Juli hingga Desember. Tapi sekarang, kayaknya uda gak berlaku. Kalau gua inget - inget, kita mulai hujan itu di November, dan puncak panas itu ada di bulan Agustus. Ini uda mencerminkan sih kalau perubahan iklim akibat dari global warming sudah cukup mengkhawatirkan.
Kira - kira 3 hal itu sih yang gua soroti sebagai warga Jakarta yang masih belajar untuk lebih peduli sama lingkungan. Yuk belajar lebih peduli lingkungan, karena kan kita tinggal disini juga. Gak mau kan terus - terusan banjir, cape juga beberes rumahnya. Belom lagi kalo banyak aset yang rusak, soalnya kan gak semua pake asuransi all risk (gua juga salah satu orang yang belum mengasuransikan rumah). Jadi, menurut gua sih, daripada kritik sana - sini, ngatain ini itu, yuk introspeksi diri dulu. Sekian deh, bye!
Comments